p>Abu batu bara terdiri dari partikel-partikel halus, gradasi dan kehalusan abu batu bara dapat memenuhi persyaratan gradasi untuk mineral filler. Penggunaa filler pada campuran aspal beton adalah untuk mengisi rongga dalam campuran, untuk mengikatkan daya ikat aspal beton, dapat meningkatkan stabilitas dari campuran aspal beton. Tujuannya dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perubahan nilai Parameter Marshall akibat pengaruh penggunaan abu batu bara sebagai pengganti filler dengan beberapa variasi campuran. Metode penelitian menggunakan Metode Marshall dengan rujukan Spesifikasi Bina Marga tahun 2010 Revisi 2. Hasil penelitian didapat nilai Flow pada campuran aspal mengalami peningkatan pada kadar 25% abu batu bara nilai sebesar 3,30 mm dan kemudian meningkat sebesar 0,91% menjadi 3,33 mm pada kadar 50% abu batu bara, kemudian terus meningkat seiring bertambahnya kadar abu batu bara seiring bertambahnya kadar abu batu bara dalam camputran,hal ini disebabkan nilai VIM dapat menerima kadar abu batu bara bertambah dan rongga dalam campuran bertambah nilai stabilitas pada campuran aspal mengalami penurunan dimulai pada kadar 25% abu batu bara nilai stabilitas sebesar 1431 kg kemudian menurun sebesar 70,79% pada kadar 50% abu batu bara sebesar 1418 kg nilai stabilitas mengalami penurunan seiring bertambahnya kadar abu batu bara dalam campuran. Hal ini disebabkan oleh menurunnya penggunaan butiran abu batu yang mengakibatkan film aspal menjadi tebal, sehingga fungsi aspal sebagai pengikat berubah menjadi pelicin dan akan menurunya nilai stabilitas. 63 5 Stability Min 800 Hasil Pengujian Marshalldengan Abu Batu Bara Pengujian benda uji dengan menggunakan abu batu bara sebagai filler dalam campuran merupakan hasil dari pengujian langsung terhadap benda uji dengan menggunakan kadar aspal 5% yang didapat dari nilai KAO pengujian dana nilai kadar aspal tengah yang diperoleh dari hasil perhitungan dengan menggunakan rumus pb. Tabel Parameter Marshall No. Karakteristik Marshall SatuanKadar Abu Batu Bara % 25 50 75 100 1. Density gr/cm 2,303 2,300 2,2992,298 2. VMA % 14,20 14,29 14,3414,50 3. VIM % 4,97 5,07 5,12 5,18 4. VFA % 65,00 64,50 64,2864,01 7. MQ kg/mm447 428 414 384 5% Teras Jurnal, September 2016 P-ISSN 2088-0561 E-ISSN 2502-1680 Penggunaan Abu Batu Bara Sebagai Filler Pada – Zulfhazli, Wesli129 Pembahasan Pengaruh batu bara terhadap Flow Flow kelelehan adalah besarnya deformasi vertikal yang terjadi mulai awal pembebanan sampai kondisi dimana kestabilan menurun. Kelelehan merupakan indikator terhadap kelenturan atau perubahan bentuk plastis campuran beraspal yang diakibatkan oleh beban. Tingkat kelelehan campuran dipengaruhi oleh kadar aspal, temperatur dan visikositas. Nilai kelelehan flow yang diperoleh dari hasil penelitian ini diperlihatkan pada Gambar 1 . Gambar 1 Hubungan variasi abu batu bara terhadap nilai Flow Gambar 1 menggambarkan bahwa nilai Flow pada campuran aspal mengalami peningkatan pada kadar 25% abu batu bara nilai sebesar 3,30 mm dan kemudian meningkat sebesar 0,91% menjadi 3,33 mm pada kadar 50% abu batu bara, kemudian terus meningkat seiring bertambahnya kadar abu batu bara seiring bertambahnya kadar abu batu bara dalam camputran. Hal ini disebabkan nilai VIM dapat menerima kadar abu batu bara yang bertambah dan rongga dalam campuran menjadi licin. Pengaruh abu batu bara terhadap Stabilitas Perkerasan jalan sangat dituntut untuk memiliki stabilitas yang tinggi,stabilitas terjadi dari hasil gesekan antar butir dan kemampuan aspal beton mempertahankan ikatannya. Stabilitas merupakan gambaran kemampuan suatu campuran beraspal untuk menerima beban lalu lintas tanpa mengalami perubahan bentuk tetap DeformasiPermanen seperti alur, gelombang ataupun bleeding. Gambar 2 Hubungan varian abu batu bara terhadap nilai Stabilitas Pengujian didapat nilai stabilitas pada campuran aspal mengalami penurunan dimulai pada kadar 25% abu batu bara nilai stabilitas sebesar 1431 kg kemudian menurun sebesar 70,79% pada kadar 50% abu batu bara sebesar 1418 Teras Jurnal, September 2016 P-ISSN 2088-0561 E-ISSN 2502-1680 Penggunaan Abu Batu Bara Sebagai Filler Pada – Zulfhazli, Wesli130 kg nilai stabilitas mengalami penurunan seiring bertambahnya kadar abu batu bara dalam campuran. Hal ini disebabkan oleh menurunnya penggunaan butiran abu batu yang mengakibatkan film aspal menjadi tebal, sehingga fungsi aspal sebagai pengikat berubah menjadi pelicin dan akan menurunya nilai stabilitas. Hubungan varian abu batu bara terhadap nilai Stabilitas diperlihatkan pada Gambar 2. 5. Kesimpulan dan Saran Kesimpulan Dari hasil penelitian dapat disimpulan bahwa berdasarkan variasi kadar aspal 4%, 4,5%, 5%, 5,5% dan 6% maka KAO kadar aspal optimum yang digunakan adalah 5% aspal dan dari pengujian Marshall menunjukkan bahwa semakin bertambah persentase abu batu bara dalam campuran aspal AC–BC, maka semakin menurun nilai Stabilitas namun meningkatkan nilai Flow hal ini disebabkan nilai VIM dapat menerima peningkatan kadar abu batu bara dan rongga dalam campuran bertambah licin. Nilai parameter Marshall yang memenuhi Spesifikasi Umum Bina Marga 2010 Revisi I terdapat pada variasi 25% dengan nilai Density sebesar 2,303%, VMA sebesar 14,20%, VIM sebesar 4,97%, VFA sebesar 65,00%, Stabilitas sebesar 1431 kg, Flow sebesar 3,30 mm dan MQ sebesar 447 kg/mm. Saran Saran sebagai bentuk rekomendasi sebagai berikut Abu batu bara yang merupakan limbah produksi secara physical mirip dengan abu batu dust yang sering digunakan pada campuran aspal beton namun sebaiknya abu batu bara tidak digunakan untuk campuran aspal beton karena nilai stabilitas akan rendah meskipun nilai flow meningkat. Perlu penelitian lebih lanjut dengan mempertimbangkan variasi abu batu bara. Daftar Kepustakaan Adibroto F, Yelvi, 2008, Pemamfaatan limbah abu batu bara sebagai bahan pengganti sebagian semen dan aggregat untuk pembuatan paving block, Akbar SJ, Wesli, 2012, Stabilitas Lapis Aspal Beton AC-WC Menggunakan Sekam Padi, Teras Jurnal Unimal, Lhokseumawe Anonim, 2010, Spesifikasi Umum, Direktorat Bina Marga, Jakarta Hardiyatmo, CH, 2009, Pemeliharaan Jalan Raya, Gajah Mada Press, Yogyakarta RA, Bukhari, dkk, 2004, Rekayasa Bahan dan Tebal Perkerasan Jalan, Darussalam, Banda Aceh Sukirman, 2003, Beton Aspal Campuran Panas, Granit, Jakarta Tahir Anas, 2009,Karakteristik Campuran Beton Aspal dengan Menggunakan Kadar Filler Abu Terbang Batu Bara,Smartek, ... Dampak dari perbandingan, filler fly ash batubara dan semen Portland dalam campuran Asphalt Concrete -Wearing Course AC-WC memiliki perbandingan yang tidak terlalu jauh, dan tidak terlalu berpengaruh terhadap kekuatan campuran. Sedangkan Nilai stabilitas mengalami penurunan seiring bertambahnya kadar abu batubara dalam campuran karena fungsi aspal sebagai pengikat berubah menjadi pelicin dan akan menurunkan stabilitas [13]. ...One of the waste materials produced by industry activities is fly ash and bottom ash FABA, it is produced by brick combustion waste. Fly ash and bottom ash waste is hazardous and toxic B3 waste for it contains heavy metal oxides polluting the environment. Related to the condition, the output study of toxicity potential test carried out to coal ash in Nagan Raya PLTU Electric Steam Power Plant proving conversely. The coal ash of Nagan Raya PLTU is relatively safe to be used as construction material. The output explained that coal ash of Nagan Raya PLTU have adequate good potency to be utilized. One of coal ash potencies developed is the utilization asphalt mixture material including bottom ash as fine aggregate substitution and fly ash as filler substitution. The research aimed to find out the mixture characteristic by utilizing FABA for the road pavement of asphalt concrete layer AC-WC to reduce environment pollution and detect the appropriate proportion for the optimal utilization. The percentage of fine aggregate in the mixture must meet the requirement of binder as 5-15% to the weight, while the filler must meet the minimum of 75% to weight of filter pass No. 200 mm. The test output of both mixtures by using bottom ash and fly ashin 15%-30% variation was different. The output is similar. Both of the output concluded that the optimum asphalt level was 5% and the variation of 30% bottom ash 70% fine aggregate meet the requirement specification, while variation fly ash as subtitution Portland cement resulting that all the parameters meet the specification required by Bina Marga specification Ayunaning Avisha Gita PrafitasiwiKristin JuliatiDamage to asphalt construction has made several attempts to increase the strength of asphalt construction, one of which is by utilizing shell waste as an asphalt mixture filler which is expected to increase the strength and durability of the pavement. The addition of filler shell waste with varying levels of 0%, 5%, 10%, 15%, 20%, and 25% is taken from the percentage of fine aggregate. Based on the results of the research conducted, the results of the Marshall Test for asphalt mixtures with the best variations of shell waste filler material and meeting the requirements of the General Specifications of Highways were found at a filler content of 0% with an immersion time of 30 minutes, with a VMA Void in Mineral Aggregate value. VFA Void Filled with Aggregate value VIM Void in Mix value stability value kg, Flow value mm and MQ Marshall Quotient value kg/ Dwi Labora BancinKamaluddin LubisNuril MahdaFiller merupakan material pengisi dalam lapisan aspal. Pada penelitian ini Tanah merah digunakan sebagai Filler yang lolos saringan pengganti semen yang umum digunakan pada campuran lapisan aspal. Kekuatan campuran ini adalah pada agregat- agregatnya yang saling mengisi. Dalam penelitian ini jumlah Filler yang digunakan dua variasi yaitu 2% dan 4% untuk setiap kadar aspal yang digunakan yaitu 4,5%; 5%; 5,5%; 6%; 6,5%. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh penggunaan Tanah Merah dalam campuran laston AC-BC terhadap sifat karakteristik parameter Marshall. Penelitian ini menggunakan metode Marshall berdasarkan SNI dan Spesifikasi Kementrian Umum Direktorat Jendral Bina Marga. Hasil pengujian Marshall menunujukkan nilai stabilitas rata- rata penggunaan Filler Tanah Merah dengan variasi 2% sebesar 1325 kg dan kelelehan sebesar 3,40mm sedangkan pada penggunaan Filler Tanah Merah dengan variasi 4% memiliki nilai stabilitas rata- rata sebesar 1265kg dan kelelehan 3,55mm. setelah dilakukan pengujian Marshall didapatkan hasil yang menunjukkan bahwa penggunaan Tanah Merah pada campuran aspal dapat dijadikan sebagai sebagai bahan pengisi rongga filler campuran lapisan aspal AC- has not been able to resolve any references for this publication.HargaHotmix Per Ton 2020 adalah nilai finansial hotmix dalam satuan ton di tahun 2020 serta syarat dan ketentuan yang berlaku. Sedangkan aspal hotmix wajar artikan sebagai tipe aspal yang terbuat dari kombinasi beragam bahan. Adapun bahan yang gunakan ialah Agregat Lembut (abu batu), Filler, dan Agregat Kasar (batu split atau batu screening). Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. Aspal adalah bahan bangunan yang umum digunakan dalam pembangunan jalan, trotoar, berbagai jenis konstruksi, terutama dalam pembangunan jalan raya, dan fasilitas infrastruktur lainnya. Material ini juga sering digunakan untuk atap, tahan air, serta aplikasi konstruksi lainnya. Namun, sebelum aspal dapat digunakan, diperlukan bahan baku aspal yang harus diolah terlebih Bahan Baku AspalDilansir dari Bahan baku pembuatan aspal bervariasi tergantung pada jenis aspal yang ingin dibuat, namun secara umum berikut adalah beberapa bahan baku yang digunakan dalam pembuatan aspal1. Minyak BumiMinyak bumi adalah salah satu bahan baku aspal yang paling umum digunakan. Minyak bumi mengandung senyawa hidrokarbon yang dapat diubah menjadi aspal melalui proses pengolahan yang tepat. Aspal alam diperoleh dari hasil pengolahan minyak bumi Minyak bumi memiliki sifat yang mudah terbakar, sehingga harus diolah dengan Alam Aspal alam adalah jenis aspal yang berasal dari alam, terbentuk melalui proses alami dari endapan alamiah yang berada di bawah permukaan bumi. Aspal alam dapat ditemukan di beberapa wilayah di dunia seperti Timur Tengah, Amerika Selatan, Afrika, dan Asia Tengah. Aspal alam terdiri dari campuran hidrokarbon alifatik, aromatik, dan heterosiklik, yang berbeda-beda tergantung pada sumbernya. Kandungan mineral dan logam yang terkandung dalam aspal alam juga berbeda-beda tergantung pada dari penggunaan aspal alam adalah sifatnya yang dapat didaur ulang, ramah lingkungan, dan biaya produksinya lebih murah dibandingkan dengan aspal sintetis. Namun, kekurangannya adalah sifat perekatnya yang relatif lemah dibandingkan dengan aspal sintetis, dan kualitasnya yang bervariasi tergantung pada sumbernya. Oleh karena itu, perlu dilakukan pengujian dan pemilihan aspal alam yang tepat untuk memastikan kualitas konstruksi yang baik2. Batu BaraBatu bara bukanlah bahan baku aspal yang umum digunakan dalam pembuatan campuran aspal-agregat. Bahan baku aspal yang umum digunakan adalah minyak mentah atau petroleum, meskipun ada beberapa jenis aspal yang dibuat dari bahan baku non-minyak seperti aspal demikian, terdapat penelitian yang mencoba menggabungkan batu bara dengan aspal dalam produksi campuran aspal-agregat. Salah satu penelitian yang dilakukan di India menggunakan batu bara sebagai filler untuk campuran aspal-agregat, dengan penggunaan batu bara mencapai 40% dari total filler yang digunakan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan batu bara dalam campuran aspal-agregat dapat meningkatkan kekuatan dan stabilitas campuran, serta mengurangi biaya produksi karena batu bara lebih murah daripada filler konvensional seperti serbuk batu kapur atau fly ash. Namun, penggunaan batu bara dalam produksi campuran aspal-agregat juga memiliki beberapa kelemahan, seperti potensi untuk meningkatkan emisi gas rumah kaca dan polusi udara, serta risiko kebakaran yang tinggi karena sifat batu bara yang mudah terbakar. Oleh karena itu, sebelum menggunakan batu bara sebagai filler dalam campuran aspal-agregat, perlu dilakukan evaluasi dan pengujian yang cermat untuk memastikan kualitas dan keamanan campuran tersebut3. PasirPasir digunakan sebagai bahan tambahan dalam pembuatan aspal. Pasir membantu mengurangi viskositas aspal dan meningkatkan daya tahan aspal terhadap suhu yang tinggi. Pasir juga membantu mencegah aspal dari meleleh pada suhu yang tinggi. Untuk ini yang sering digunakan adalah pasir silika sebagai bahan pengisi dalam pembuatan aspal. Pasir ini memberikan kekuatan dan daya tahan pada aspal4. Kerikil dan AgregatKerikil dan agregat juga digunakan sebagai bahan pengisi dalam pembuatan aspal. Bahan ini membantu meningkatkan kekuatan dan ketahanan Karet Sintetis 1 2 3 Lihat Nature Selengkapnya Padakesempatan kali ini membagikan jawaban dari soal Batu bara terbuat dari apa. dan kapan batu bara di temukan?​ Jawaban: batu bara enggak terbuat dari batu melainkan sisa-sisa organisme purba berupa tumbuhan. Dilansir dari National Geographic, pembentukan batu bara selama periode karbon dimulai sekeliling 300 juta tahun yg lalu saat Dunia merupakan hamparan
Aspal adalah campuran agregat, pengikat dan pengisi yang kerapkali dipergunakan untuk membangun dan memelihara jalan, area parkir, rel kereta api, pelabuhan, landasan pacu bandara, jalur sepeda, trotoar, dan juga area bermain dan olahraga. Agregat yang digunakan untuk campuran aspal bisa berupa batu hancur, pasir, kerikil atau terak. Saat ini, limbah dan produk sampingan tertentu, seperti puing konstruksi dan pembongkaran juga mempergunakan sebagai agregat, yang meningkatkan keberlanjutan aspal. Untuk mengikat agregat menjadi campuran kohesif, digunakan pengikat. Umumnya, bitumen digunakan sebagai pengikat, meskipun saat ini serangkaian proses pengikat berbasis bio juga sedang dikembangkan dengan tujuan meminimalkan dampak lingkungan dari jalan. Aspal adalah cairan lengket, hitam, cairan yang sangat kental atau bentuk fraksi minyak bumi setengah padat. Prosedur seperti ini dapat ditemukan dalam deposit alam atau mungkin produk olahan, dan digolongkan sebagai tar. Sebelum abad ke-20, istilah asphaltum juga digunakan. Kata ini berasal dari bahasa Yunani Kuno asphaltos. Danau Pitch adalah deposit alami aspal terbesar di dunia, diperkirakan mengandung 10 juta ton. Terletak di La Brea di barat daya Trinidad, di dalam Perusahaan Regional Siparia. Penggunaan utama 70% aspal adalah dalam konstruksi jalan, di mana ia digunakan sebagai perekat atau pengikat yang dicampur dengan partikel agregat untuk membuat beton aspal. Kegunaan utama lainnya adalah untuk produk anti air bitumen, termasuk produksi kain felt dan untuk menyegel atap datar. Pengertian Aspal Aspal adalah salah satu jenis bahan mirip petroleum hitam atau coklat yang memiliki konsistensi bervariasi dari cairan kental hingga padatan kaca. Aspal diperoleh baik sebagai residu dari jenis destilasi minyak bumi atau dari endapan alam. Aspal terdiri dari senyawa ikatan hidrogen dan karbon dengan proporsi nitrogen, sulfur, dan oksigen yang kecil. Aspal alam disebut juga brea, yang diyakini terbentuk pada tahap awal pemecahan endapan organik laut menjadi minyak bumi, dengan ciri khas mengandung mineral, sedangkan aspal minyak sisa tidak. Pengertian Aspal Menurut Para Ahli Adapun definisi aspal menurut para ahli, antara lain Cambridge Dictionary, Pengertian aspal adalah zat hitam dan lengket yang seringkali dicampur dengan batu kecil atau pasir, yang membentuk permukaan yang kuat bila menjadi keras. Collins Dictionary, Aspal adalah zat hitam yang digunakan untuk membuat permukaan benda seperti jalan dan taman bermain. Merriam Webster, Definisi aspal adalah zat bitumen gelap yang ditemukan di lapisan alami dan juga diperoleh sebagai residu dalam penyulingan minyak bumi dan terutama terdiri dari hidrokarbon. Ciri Aspal Aspal dapat diklasifikasikan berdasarkan komposisi kimia dan sifat fisiknya. Industri aspal biasanya bergantung pada sifat fisik untuk karakterisasi kinerja meskipun sifat fisik aspal adalah akibat langsung dari komposisi kimianya. Biasanya, sifat fisik yang paling penting adalah Durabulity Daya tahan Daya tahan adalah ukuran bagaimana sifat fisik pengikat aspal berubah seiring bertambahnya usia terkadang disebut pengerasan usia. Secara umum, seiring bertambahnya usia bahan pengikat aspal, viskositasnya meningkat dan menjadi lebih kaku dan rapuh. Rheology Reologi adalah studi tentang deformasi dan aliran materi. Deformasi dan aliran pengikat aspal di HMA penting dalam kinerja perkerasan HMA. Deformasi perkerasan HMA sangat erat kaitannya dengan reologi pengikat aspal. Sifat reologi pengikat aspal bervariasi sesuai suhu, sehingga karakterisasi reologi melibatkan dua pertimbangan utama. Pertama, untuk sepenuhnya mengkarakterisasi pengikat aspal, sifat reologisnya harus diperiksa pada kisaran suhu yang mungkin ditemui selama masa pakainya. Kedua, untuk membandingkan pengikat aspal yang berbeda, sifat reologisnya harus diukur pada suhu referensi yang sama. Safety Keamanan Semen aspal seperti kebanyakan bahan lainnya, menguap mengeluarkan uap saat dipanaskan. Pada suhu yang sangat tinggi jauh di atas yang berpengalaman dalam pembuatan dan konstruksi HMA semen aspal dapat melepaskan cukup uap untuk meningkatkan konsentrasi volatil tepat di atas semen aspal ke titik di mana ttu akan menyala berkedip saat terkena percikan api atau terbuka. Ini disebut titik nyala. Untuk alasan keamanan, titik nyala semen aspal diuji dan dikontrol. Purity Kemurnian Semen aspal, seperti yang digunakan pada pengerasan jalan HMA, harus terdiri dari bitumen yang hampir murni. Kotoran bukanlah unsur penyemen aktif dan dapat merusak kinerja aspal. Ciri atau karakteristik aspal ditinjau dari komponennya bisa dibagi menjadi empat empat kelas utama senyawa, yang meliputi Aromatik naften naftalena, terdiri dari senyawa aromatik polisiklik terhidrogenasi parsial Aromatik polar, terdiri dari fenol dengan berat molekul tinggi dan asam karboksilat yang dihasilkan oleh oksidasi parsial bahan Hidrokarbon jenuh yang terjadi persentase senyawa jenuh dalam aspal berkorelasi dengan titik lunaknya Asphaltenes, terdiri dari senyawa fenol dengan berat molekul tinggi dan senyawa heterosiklik Jenis Aspal Untuk dapat memberikan kinerja terbaik ke berbagai aplikasi, berbagai macam campuran aspal dapat digunakan. Karena persyaratan yang berbeda jumlah lalu lintas, jumlah kendaraan berat, suhu, kondisi cuaca, persyaratan pengurangan kebisingan, dan lain-lain, campuran yang digunakan harus memiliki kekakuan dan ketahanan yang cukup terhadap deformasi untuk mengatasi tekanan yang diberikan dari roda kendaraan di satu sisi. Namun di sisi lain, itu harus memiliki kekuatan lentur yang memadai untuk menahan retak yang disebabkan oleh berbagai tekanan yang diberikan padanya. Selain itu, kemampuan kerja yang baik selama aplikasi sangat penting untuk memastikan bahwa mereka dapat dipadatkan sepenuhnya untuk mencapai daya tahan optimal. Campuran aspal dapat diproduksi pada temperatur yang berbeda Hot Mix Asphalt HMA/Campuran Aspal Panas Campuran aspal panas umumnya diproduksi pada suhu antara 150 dan 180 ° C. Bergantung pada penggunaan, campuran aspal yang berbeda dapat digunakan. Untuk detail lebih lanjut tentang campuran aspal yang berbeda, buka “Produk aspal”. Warm Mix Asphalt WMA/Campuran Aspal Hangat WMA biasa diproduksi pada suhu sekitar 20 sampai dengan 40 ° C lebih rendah dari HMA yang setara. Secara signifikan lebih sedikit energi yang terlibat dan, akibatnya, lebih sedikit asap yang dihasilkan sebagai aturan praktis, pengurangan 25ºC menghasilkan pengurangan emisi asap 75%. Selain itu, selama operasi pengerasan jalan, suhu material lebih rendah, menghasilkan kondisi kerja yang lebih baik bagi awak dan pembukaan jalan lebih awal. Cold Mix Asphalt/Campuran Aspal Dingin Campuran dingin diproduksi tanpa memanaskan agregat. Penjelasan ini hanya mungkin, karena penggunaan bitumen yang diemulsi dalam arti air, yang pecah selama pemadatan atau selama pencampuran. Memproduksi lapisan agregat. Selama waktu pengawetan, air menguap dan kekuatan meningkat. Campuran dingin sangat direkomendasikan untuk jalan dengan lalu lintas ringan. Proses Pembentukan Aspal Aspal diproduksi di pabrik aspal. Ini bisa menjadi pabrik tetap atau bahkan di pabrik pencampuran bergerak. Dimungkinkan untuk menghasilkan di pabrik aspal hingga 800 ton per jam. Suhu produksi rata-rata aspal campuran panas adalah antara 150 dan 180 ° C, tetapi saat ini telah tersedia teknik-teknik baru untuk menghasilkan aspal pada suhu yang lebih rendah. Mayoritas aspal yang digunakan secara komersial diperoleh dari minyak bumi. Meskipun demikian, aspal dalam jumlah besar terjadi dalam bentuk terkonsentrasi di alam. Endapan bitumen yang terjadi secara alami terbentuk dari sisa-sisa ganggang mikroskopis purba diatom dan makhluk hidup lain yang pernah hidup. Sisa-sisa ini disimpan di lumpur di dasar laut atau danau tempat organisme hidup. Di bawah panas di atas 50 ° C dan tekanan penguburan jauh di dalam bumi, sisa-sisanya diubah menjadi bahan seperti aspal, kerogen, atau minyak bumi. Endapan alami bitumen termasuk danau seperti Danau Pitch di Trinidad dan Tobago dan Danau Bermudez di Venezuela. Rembesan alami terjadi di La Brea Tar Pits dan di Laut Mati. Bitumen juga terdapat di batupasir tak terkonsolidasi yang dikenal sebagai “pasir minyak” di Alberta, Kanada, dan “pasir tar” serupa di Utah, AS. Provinsi Alberta di Kanada memiliki sebagian besar cadangan dunia, dalam tiga deposit besar yang meliputi kilometer persegi mil persegi, sebuah wilayah yang lebih luas dari Inggris atau negara bagian New York. Pasir bitumen ini mengandung 166 miliar barel 26,4 × 109 m3 cadangan minyak komersial, memberi Kanada cadangan minyak terbesar ketiga di dunia. Meskipun secara historis digunakan tanpa penyulingan untuk mengaspal jalan, hampir semua keluarannya sekarang digunakan sebagai bahan mentah untuk penyulingan minyak di Kanada dan Amerika Serikat. Deposit aspal alami yang paling besar di dunia, yang dikenal sebagai Athabasca oil sands, terdapat di Formasi McMurray di Alberta Utara. Formasi ini berasal dari Zaman Kapur awal, dan terdiri dari banyak lensa pasir bantalan minyak dengan minyak hingga 20%. Studi isotop menunjukkan deposit minyak berusia sekitar 110 juta tahun. Dua formasi yang lebih kecil tetapi masih sangat besar terjadi di Peace River oil sands dan the Cold Lake oil sands, yang masing-masing berada di sebelah barat dan tenggara dari Athabasca oil sands. Manfaat Aspal Sebagian besar aspal olahan digunakan dalam konstruksi. Terutama sebagai bagian dari produk yang digunakan dalam aplikasi pengerasan jalan dan atap. Menurut persyaratan penggunaan akhir, aspal diproduksi sesuai spesifikasi. Ini dicapai baik dengan pemurnian atau pencampuran. Diperkirakan penggunaan aspal dunia saat ini sekitar 102 juta ton per tahun. Sekitar 85% dari seluruh aspal yang diproduksi digunakan sebagai bahan pengikat pada beton aspal untuk jalan raya. Ini juga digunakan di area beraspal lainnya seperti landasan pacu bandara, tempat parkir mobil dan jalan setapak. Biasanya, produksi beton aspal melibatkan pencampuran agregat halus dan kasar seperti pasir, kerikil dan batu pecah dengan aspal, yang bertindak sebagai bahan pengikat. Bahan lain, seperti polimer daur ulang misalnya, ban karet, dapat ditambahkan ke aspal untuk memodifikasi sifatnya sesuai dengan aplikasi yang pada akhirnya dimaksudkan untuk aspal. Sebanyak 10% produksi aspal global digunakan dalam aplikasi atap, di mana kualitas kedap airnya sangat berharga. Sisa 5% aspal digunakan terutama untuk tujuan penyegelan dan isolasi pada berbagai bahan bangunan, seperti pelapis pipa, alas ubin karpet, dan cat. Aspal diterapkan dalam konstruksi dan pemeliharaan banyak struktur, sistem, dan komponen, seperti berikut ini Jalan Raya Landasan pacu bandara Jalur pejalan kaki Arena Balap Lapangan tenis Bendungan Waduk dan lapisan kolam Pelapis pipa Lapisan kabel Cat Produksi tinta koran Banyak aplikasi lainnya Dari beragamnya penggunaan tersebut, ternyata aspal bukan hanya digunakan oleh arsitek dalam kaitannya dengan konstruksi, tapi para petani pun menggunakan aspal untuk melapisi dasar kolam retensi tempat mereka memelihara ikan dan di kandang penahanan ternak. Sehingga dalam hal inilah aspal juga merupakan solusi ideal untuk pengendalian banjir dan erosi tanah. Pembuat mobil mengandalkan aspal untuk mencegah karat dan kebisingan jalan di spatbor dan kap mobil. Kesimpulan Dalam penjelasan yang dikemukakan dapatlah dikatakan bahwa istilah “aspal” dan “bitumen” sering digunakan secara bergantian untuk mengartikan baik bentuk alami maupun buatan dari zat, meskipun ada variasi regional mengenai istilah mana yang paling umum. Di seluruh dunia, ahli geologi cenderung menyukai istilah “bitumen” untuk bahan yang terbentuk secara alami. Untuk bahan yang diproduksi, yang merupakan residu yang dimurnikan dari proses distilasi minyak mentah pilihan, “bitumen” adalah istilah yang umum digunakan di sebagian besar dunia, namun dalam bahasa Inggris Amerika, “asphalt” lebih umum digunakan. Penting diketahui bahwa aspal alami terkadang disebut dengan istilah “bitumen kasar”. Viskositasnya mirip dengan molase dingin, sedangkan bahan yang diperoleh dari distilasi fraksional minyak mentah yang mendidih pada 525 ° C 977° F kadang-kadang disebut sebagai “bitumen halus”. Nah, itulah tadi artikel lengkap yang bisa kami uraikan pada segenap pembaca berkenaan dengan pengertian aspal menurut para ahli, ciri, jenis, proses pembentukan, manfaat, dan contoh penggunaannya yang mudah ditemukan. Semoga bermanfaat