Salahsatu kitab Syekh Mutawalli Sya'rawy. Tentunya tidak sedikit yang sudah ditelaah sendiri oleh Syekh Sya'rawi atau wakilnya, tapi saya sendiri tak tahu banyak hal soal buku mana saja yang sudah ditelaah sehingga aman dikonsumsi dan sah penisbatannya pada beliau, kecuali Tafsir Sya'rawi yang dua puluh jilid itu sebab di cover depan
Mutawalli asy-Syarawi adalah seorang ulama besar Mesir kontemporer yang terkenal karena ceramah dan tulisannya, serta mantan menteri Agama Mesir. Sejak berusia muda asy-Sya’rawi dikenal sebagai orang yang berjiwa revolusioner. Ia adalah pelopor berdirinya Bank Islam Faisal di Mesir pada awal 1987. Mutawalli asy-Syarawi menyelesaikan pendidikan menengah pada Perguruan az-Zaqaziq, kemudian meneruskan ke Universitas al-Azhar Fakultas Adab, Jurusan Sastra Arab di Cairo dan lulus dengan predikat sangat memuaskan. Meskipun lulus dari jurusan sastra Arab, ia amat menggandrungi tasawuf. Ketika masih di Universitas al-Azhar, ia pernah mem-impin gerakan protes terhadap rektornya, Syekh Muhammad Ahmad az-Zawahir, karena para alumni yang mengajar di universitas tersebut digaji sangat rendah. Akibat protes itu az-Zawahir dicopot dari jabatannya dan digantikan Syekh Mu-hammad Mustafa al-Maraghi. Gaji pengajar pun dinaikkan. Pada awal 1970 ia bermukim di Arab Saudi selama beberapa tahun. Ia kembali ke Mesir pada masa pemerintahan Anwar Sadat. Selanjutnya pada 1976 ia diangkat menjadi menteri agama. Jabatan ini dipegangnya sampai 1978. Sejak di Arab Saudi, nama asy-Syarawi sudah dikenal melalui cera mah dan tulisannya. Mutawalli asy-Syarawi memiliki kemampuan istimewa dalam hal berbicara dan menulis. Dalam ceramahnya ia dapat menguraikan dan memecahkan persoalan rumit dan penuh rahasia tentang keimanan, ibadah, hadis, hukum, akhlak, dan muamalah. Karena itu, ceramah yang disampaikannya, baik secara langsung di hadapan publik maupun melalui radio dan televisi, senantiasa menarik hati pendengarnya yang berasal dari berbagai lapisan masyarakat, kalangan tradisionalis mau pun modernis. Ceramahnya sebagian besar diterbitkan dalam bentuk buklet berseri. Mutawalli asy-Syarawi sering di undang ke berbagai perguruan tinggi di Eropa dan Amerika untuk ber ceramah tentang Islam dalam kaitan nya dengan kehidupan modern. Ia mempunyai wawasan yang luas ten tang kedokteran, astronomi, dan bi dang eksakta lainnya. Karena ceramahnya yang menarik mengenai masalah perbankan Islam, ia kemudian diangkat sebagai ketua se buah panitia konsultatif yang dibentuk gubernur Bank Sentral Mesir. Tujuan utama panitia ini adalah menyelesai kan masalah yang terdapat dalam al-Masraf al-Islami ad-Dauli Badan Keuangan Negara, menengahi perselisihan di antara dewan direkturnya, dan mengawasi ciri-ciri Islam dalam tindakan badan keuangan tersebut. Pengalamannya sebagai konsultan masalah perbankan memberi inspirasi kepadanya untuk mendirikan sebuah bank Islam di Austria pada 1986. Kemudian pada awal 1987 ia memelopori berdirinya Bank Islam Faisal di Mesir Bank Faisal al-Islami fi Misr. Ia termasuk ulama penulis yang produktif. Kemampuannya mengungkapkan pikiran dalam bentuk tulisan ternyata mengimbangi kemampuan retorikanya yang mengagumkan. Ia banyak menulis pada berbagai majalah dan surat kabar, antara lain Liwa’ al-Islam Bendera Islam, Minbar al-Islam Mimbar Islam, al-Mukhtar Pilihan, al-Itisam Pedoman, dan al-Ahram Piramida. Karyanya dalam bentuk buku juga sangat banyak, yang paling digemari adalah tafsir Al-Qur’an. Di Indonesia telah banyak bukunya diterbitkan dalam bentuk terjemahan, antara lain Anda Bertanya Islam Menjawab 5 jilid, Bukti-Bukti Adanya Allah, Menghadapi Hari Kiamat, Islam di Antara Kapitalisme dan Komunisme, Ilmu Gaib, Jiwa dan Semangat Islam, Menjawab Keraguan Musuh-Musuh Islam, Qada dan Qadar, Sihir dan Hasut, Wanita dalam Qur’an, dan Wanita Harapan Tuhan. Pemikiran asy-Syarawi diuraikan dengan jelas dalam bukunya al-Mukhtar min Tafsir Al-Qur’an al-Azim Pilihan dari Tafsir Al-Qur’an. Tentang ibadah, umpamanya, ia menjelaskan bahwa tujuan ibadah dalam Islam adalah takwa. Seseorang yang bertakwa akan selalu mengikuti sifat Tuhan sehingga akan terhindar dari berbagai godaan duniawi. Allah SWT mewajibkan manusia beribadah setelah manu-sia diberi sarana berupa bumi untuk ditempati, akal untuk berpikir, dan sejumlah sarana lainnya. Karena itu, Allah SWT berhak menyuruh manusia beribadah, dengan tujuan agar manusia itu sendiri terhindar dari segala hal yang merugikannya di dunia dan di akhirat. Ketika pemerintah Mesir menarik pajak dari rakyat untuk kepentingan pembangunan nasional, sebagian ulama menetapkan bahwa rakyat boleh membayar pajak dari uang zakat. Akan tetapi ia dengan gamblang menjelaskan bahwa sama sekali tidak ada hubungan antara pajak dan zakat. Menurutnya, pajak adalah kewajiban tiap warga negara, sedangkan zakat adalah pajak kemanusiaan. Sasaran utama dari pemberian zakat adalah para fakir miskin dan anak yatim. Uang zakat digunakan untuk menanggulangi kemelaratan, kelaparan, dan kemiskinan. Kalau sasaran utama ini sudah tercapai dan uang zakat masih berlebih, kelebihan itu boleh dialihkan untuk kepentingan lainnya. Meskipun pembangunan dilak-sanakan untuk semua golongan, kaya atau miskin, dalam prakteknya pembangunan itu, misalnya pembangunan jalan raya, jembatan, irigasi, dan perguruan tinggi, lebih banyak dinikmati golongan kaya. Karena itu, pajak tidak dapat diambil dari uang zakat dengan dalih untuk kepentingan pemba ngunan. Pemerintah hendaknya mencari sumber lain selain pajak untuk membiayai pembangunan. Pandangannya dalam bidang teologi sangat dipengaruhi paham Asyariyah. Ini dapat ditelusuri dalam bukunya al-Qadha’ wa al-Qadar Kada dan Kadar. Di sana ia mengemukakan bahwa manusia bukanlah pencipta hakiki dari perbuatannya fil, sebab kata fil mengandung pengertian pengerahan kekuatan untuk melahirkan sesuatu kejadian yang sebelumnya tidak ada. Dalam upaya mewujudkan suatu perbuatan, diperlukan minimal tujuh unsur sebagai syarat, yaitu kekuatan, akal yang merencanakan, pengerahan tenaga, substansi perbuatan itu sendiri, dimensi waktu, dimensi ruang, dan alat. Ternyata tak satu pun dari ketujuh unsur tersebut yang merupakan hasil ciptaan manusia. Karena itu, dapat disimpulkan bahwa manusia tidak bebas dalam berbuat; ia hanya dapat memilih antara dua alternatif, yaitu berbuat atau tidak berbuat. Tentang perlunya rasul diutus kepada manusia, ia menjelaskan bahwa tujuan pengutusan rasul adalah untuk menyampaikan dan menerangkan kepada manusia jalan ketaatan kepada Allah SWT. Para rasul hanya bertugas menyampaikan ajaran Allah SWT dan mereka tidak berpretensi untuk me maksa manusia melaksanakan ajaran tersebut. Kalau Allah SWT menghendaki, bisa saja Ia memaksa manusia untuk beriman kepada-Nya. Akan tetapi, Allah SWT menghendaki agar manusia datang kepada-Nya dengan pilihan hatinya sen diri. Itulah perbedaan antara manusia dan makhluk lainnya. Daftar Pustaka Jansen, Johannes Khotbah Syekh Syarawi Signifikansi Politiknya, terj. Jakarta INIS, 1990. Syarawi, Mutawalli. Anda Bertanya Islam Menjawab, terj. Jakarta Gema Insani Press, 1991. –––––––. Menghadapi Hari Kiamat, terj. Jakarta Gema Insani Press, 1993. Musdah Mulia
Syaikh Mutawalli As-Sya'rawi adalah seorang ulama sunni karismatik dan mujadid abad ke-20. Beliau dilahirkan di Mesir pada 16 April 1911 M. Sejak kecil As-Sya'rawi sudah menampakkan kecerdasan dan kelebihan-kelebihannya, hingga pada umur 11 tahun beliau sudah hafal Al-Qur'an 30 juz. Ayahnya adalah seorang petani namun sudah menyadari kelebihan-kelebihan yang dimiliki
Syekh Muhammad Mutawalli Asy-Sya’rawi lahir pada tahun 1911 M di Desa Daqadus, Provinsi Daqahlia, Republik Arab Mesir. Kehadiran beliau menjadi sosok yang memiliki arti penting bagi masyarakat Mesir secara khusus, hal ini terlihat sejak ia masih kecil yang dibuktikan dengan kepandaiannya, ketekunannya, dan ketangkasannya dalam menghafal berbagai syi’ir arab, hikmah, serta matan milik ulama. Beliau juga telah menyelesaikan hafalan Al-Qur’annya pada usia 11 tahun. Melihat kelebihan yang dimiliki Syekh Syahrawi, ayah Syekh Syahrawi yang merupakan petani yang tekun dan taat menaruh harapan besar terhadap anaknya tersebut, hingga Syekh Syahrawi diperintahkan untuk menimba ilmu. Akan tetapi, beliau menolak perintah ayahnya untuk belajar, karena ingin seperti saudara-saudaranya yang hanya fokus bekerja. Syekh Syahrawi menimba ilmu di Universitas Al-Azhar Fakultas Bahasa dan Satra pada tahun 1937 dan lulus pada tahun 1940. Suatu waktu ketika beliau masih menjadi mahasiswa, beliau meminta kepada ayahnya untuk membelikan semua buku yang beliau inginkan. Padahal, itu merupakan strateginya untuk memancing ayahnya agar kesal dan menyuruhnya untuk berhenti belajar. Meskipun ayahnya mengetahui bahwa buku yang diinginkan anaknya tidak ada kaitannya dengan materi kuliahnya, hal itu sama sekali tidak menggoyahkan hati ayahnya. Ayahnya tetap menuruti permintaan anaknya untuk membeli semua buku yang diinginkannya. Ayahnya pernah berkata kepada Syekh Syahrawi, bahwa semua kitab yang dibelikannya untuk anaknya tersebut tidak ada kaitannya sama sekali dengan referensi kuliah anaknya, namun ayahnya membelikan semuanya dengan harapan semoga Allah Swt. memberikan kemudahan dalam menimba ilmu dan membukakan pintu ilmu pengetahuan untuk anaknya. Perkataan tersebut membuat hati nurani beliau tersentak, sehingga setelah kejadian itu beliau menuntut ilmu dengan tekun. Setelah lulus dari kampus beliau mendapat panggilan mengajar di Thanta, Zaqziq dan Iskandaria pada tahun 1943. Alhasil, karena keluasan ilmunya membuat pihak luar negeri tertarik untuk mengundangnya. Pada tahun 1950, Syekh Syahrawi menjadi Dosen Syariah di Universitas Ummul Quro selama lebih kurang sepuluh tahun. Awalnya beliau ragu, karena ditugasi menjadi Dosen Akidah, sementara beliau menekuni bidang bahasa. Namun, akhirnya beliau menunjukkan kepiawaiannya dan mendapat pengakuan dari kampus. Pada tahun 1961 Syekh Syahrawi kembali ke Mesir karena beliau tidak bisa kembali menjajar di Universitas Ummul Quro yang saat itu sedang terjadi pertentangan antara Presiden Gamal Abdunnasir dengan pemerintah Saudi Arabia. Kembalinya beliau ke Mesir menjadikannya dipilih sebagai Wakil Direktur Ma’had Thanta. Beliau menjadi terkenal karena keluasan ilmunya dan kepiawaiannya dalam pergerakkan politik, serta dukungannya yang kuat terhadap kebijakan Mesir yang pada saat itu menentang penuh dominasi Israel di kawasan Timur Tengah dan Palestina. Berkat dukungannya terhadap Pemerintah Mesir, beliau diangkat menjadi Menteri Wakaf dan urusan Al-Azhar pada tahun 1976-1978. Selama menjabat sebagai Menteri Wakaf, beliau telah menginisialisasi lahirnya Bank Islam pertama di Mesir. Pada tahun 1987 beliau terpilih sebagai anggota Arabic Language Complex, yakni sebuah akademi para ahli yang fokus mengembangkan Bahasa Arab di Mesir. Karier keilmuan beliau semakin menanjak, secara rutin beliau menyampaikan kuliah-kuliah tafsirnya disalah satu channel TV Mesir. Selain keahliannya dalam memaparkan setiap ayat, bahasa-bahasa yang beliau gunakan juga menyentuh sanubari pendengarnya. Beliau ialah ulama yang telah khatam menafsirkan 30 Juz Al-Qur’an dalam bentuk audio maupun visual. Kajian Tafsir Syekh Syahrawi sangat mendapat tempat dihati masyarakat sehingga membuatnya semakin populer sebagai ulama tafsir terkemuka di Mesir. Berbagai fatwanya pun menjadi rujukan umat Islam Mesir pada saat itu, diantaranya tentang pengharaman jual beli organ untuk transplantasi. Karya besar yang telah beliau ciptakan dibukukan dengan judul Tafsir Sya’rawi, beliau sendiri sering mengistilahkan tafsir yang beliau sampaikan dengan “Khawatir Imaniyah” artinya ilham yang berasal dari hati seorang mukmin beriman. Atas segala pencapaian yang telah didapatkan, Syekh Syahrawi teringat dengan usaha sang ayah yang selalu memotivasi untuk semangat belajar hingga mengantarkannya menjadi ulama besar. Sehingga, Syekh Syahrawi sering berkata “Aku ingin keburukan untukku, namun Allah Swt. inginkan kebaikan untukku”. Beliau menghembuskan nafas terakhirnya pada 17 Juni 1998 di Mesir setelah meninggalkan puluhan karya tulis ilmiah di berbagai bidang ilmu pengetahuan. Penghargaan yang telah diterimanya semasa hidupnya, diantaranya beliau mendapat gelar Doktor Honoris Causa pada bidang sastra dari Universitas Manshurah dan Universitas Al-Azhar, sebagai anggota komite tetap untuk Konferensi Keajaiban Ilmu Al-Qur’an dan Sunnah Nabawi. Sampai saat ini, prestasinya terus dikenang oleh umat Islam di dunia, hingga beliau dinobatkan sebagai Imam Ad-Duad, yakni Punggawa Para Dai. Syekh Syahrawi dikenal sebagai ulama yang piawai multidisiplin ilmu. Beliau dikenal keahliannya dalam menafsirkan Al-Qur’an. Metode penafsirannya sangat popular dikalangan cendikiawan maupun masyarakat secara luas. Sumber Oleh Syarifah Rufaida Foto
Tesisini adalah studi tentang penafsiran al-Sya'rawi yang membahas mengenai wasatiyyahdan kalimat-kalimat yang semakna dengan wasatiyyah dalam tafsirnya,Tafsir al-Sya'rawi: Khawatir fadilah al-Syekh Muhammad Mutawalli al-Sya'rawi H{aul al-Qur'an al-Karim. pokok permasalahan adalah bagaimanapandangan al-Sya'rawi mengenai kata wasat dan derivasinya dalam al-Qur'an,masalah ini
Seketika Syekh Mutawalli Asy-Sya'rawi melempar pandangan ke atas seraya mengatakan: "Abaikan niat baktimu terhadap guru!" Artinya, jangan sampai melakukan tugas ini semata-mata karena gurumu, tapi harus totalitas lillahi ta'ala. Ternyata, Syekh Mutawalli Asy-Sya'rawi mendengar apa yang terbesit di hati Syekh Umar, muridnya itu.
Disarikan dari nasehat Syaikh Ied Abdul Hamid Isa, imam dan khatib masjid al-Azhar dalam ceramah lima menit setelah shalat jamaah. Kalam Syeikh Yusuf al-Qaradhawi Kalam Syekh Mutawali al-Sya'rawi (1911-1998) #Harta yang haram bukanlah kekayaan dan kenikmatan dunia, karena dia mencerabut kebahagiaan dan rasa aman dari jiwa.
Dalamarti, beliau mengalami apa yang disebut Syaikh Muhammad Mutawalli As-Sya'rawi sebagai Ira'ah (diperlihatkan), meski pada tahapan rukyah lain Rasulullah Saw. disebut dengan kata Ra'a (benar-benar melihat) Allah. ===== JUDUL KITAB: Al-Isra' wal Mi'raj. PENULIS: Syaikh Muhammad Mutawalli As-Sya'rawi. PENERBIT: Dar Al-Jil. TAHUN: 1424/2003
SyaikhMuhammad Al -Mutawalli Asy Sya'râwî (Imâm Al-'Ashr). Said Abu al -Ainain, Asy Sya'rawi Alladzi Lâ Na'rifuh(Kairo: Akhbar al-Youm, The Economic Thought Of Syeikh Al Mutawalli Al-Sya'rawi From His Book Of 'Tafsir Al-Sya'rawi' : A Study On Surah Al-Baqarah https:
QETyp. x89kskvr8p.pages.dev/56x89kskvr8p.pages.dev/322x89kskvr8p.pages.dev/182x89kskvr8p.pages.dev/368x89kskvr8p.pages.dev/239x89kskvr8p.pages.dev/183x89kskvr8p.pages.dev/236x89kskvr8p.pages.dev/110x89kskvr8p.pages.dev/151
syaikh mutawalli sya rawi